Hambatan Mengenal Allah
“Dan berkatalah Fir’aun,’Hai Haman,buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,(yaitu)pintu-pintu langit,supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.’Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu,dan dia dihalangi dari jalan(yang benar);dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian’(QS Al-Mu’min:36-37).
Dulu di Uni Sovyet,dalam sebuah kelas,seseorang guru kelas 6 sekolah dasar mengajukan pertanyaan kepada murid-muridnya,”Apakah kalian bisa melihat saya?Semua murid menjawab,”Ya.”Guru berkomentar,”Jadi saya ada.””Apakah kalian dapat melihat papan tulis?”Tanya guru selanjutnya.Serentak mereka menjawab,”Ya.””Jadi ,papan tulis ada,”timpal guru.”Apakah kalian melihat meja?”Tanya guru lagi.Murid-muridpun menjawab,”Ya.””Berarti meja ada,”ulas guru.”Nah sekarang,”Tanya guru lagi ,”Apakah kalian dapat melihat Allah?”Hampir semua murid menjawab,”Tidak.””Berarti Allah tidak ada,”vonis guru.
Menanggapi kejadian ini,seorang murid Muslim tampil bertanya,”Apakah kalian bisa melihat akal pak guru?””Tidak,”jawab teman-temannya serentak.Murid jenius ini lantas mengatakan,”Berarti akal pak guru tidak ada.”Dalam cerita lain,kita juga pernah mendengar seorang guru sekolah dasar berusaha menyesatkan murid-muridnya dengan melontarkan pertanyaan seperti ini,”Mintalah permen kepada saya,maka saya akan memberinya.”Guru lalu melanjutkan,”Coba sekarang kalian minta permen kepada Tuhan.Kalau Tuhan ada,pasti Ia akan mengabulkan permintaanmu.”
Kisah-kisah semacam ini adalah salah satu cara yang dilakukan orang-orang kafir untuk memurtadkan anak-anak Muslim.Minimal mereka ingin membuat umat Islam ragu akan eksistensi Allah SWT.Sebagai Pencipta dan Penguasa dirinya dan alam semesta.Upaya ini dikenal dengan ghazwul fikri (perang pemikiran)untuk melemahkan dan merontokkan aqidah dan moral umat Islam dalam melakukan perjuangan (jihad)di jalan Allah.
Al-Qur’an al-Karim memberikan informasi kepada kita bahwa untuk sampai kepada keimanan,orang-orang kafir di setiap zaman selalu mensyaratkan bahwa Allah harus bisa diindera.Ini adalah sebagian informasi yang di ceritakan Al-Qur’an untuk mengingatkan alasan-alasan pensyaratan itu,yang pada kenyataannya adalah penyakit yang diakibatkan oleh penggambaran yang rusak dan salah.Al-Qur’an meringkaskan bahwa penyebab dari penyakit itu adalah;kebodohan,kesombongan,penyimpangan,dan,kezaliman.
Pertama,kebodohan.Kebodohan (al-jahl)dalam bahasa Arab kadang dikatakan juga sebagai azh-zhulm (kegelapan,karena orang bodoh adalah mereka yang hanya memiliki sedikit ilmu pengetahuan.Allah SWT menegaskan,
“Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata,’Mengapa Allah tidak (langsung)berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?’Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu;hati mereka serupa.Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin”(QS Al-Baqarah:118).
Ayat ini menunjukkan bahwa pertanyaan semacam ini bukanlah berasal dari orang-orang berpengetahua,akan tetapi celoteh orang-orang bodoh.Ocehan seperti itu bukanlah barang baru,tetapi selalu saja,dulu dan sekarang,merupakan logika orang-orang kafir yang ditimbulkan sebagai akibat dari kekacauan berpikir.Akhirnya ayat ini menetapkan bahwa metode untuk mengenali kepada Allah adalah melalui ayat-ayat-Nya,yaitu bukti-bukti kekuasaan-Nya yang menunjukkan eksistensi-Nya.
Kedua,kesombongan.Sombong (al-kibr)dalam sebuah hadits Rasulullah SAW diartikan sebagai batharulhaq(menolak kebenaran).Di Indonesia sombong sebagai terjemahan untuk al-kibr sering disinonimkan
dengan angkuh.meski kurang tepat,orang yang angkuh biasanya memilki sifat serba lebih dibanding orang lain.Mereka kerap menolak kebenaran bila kebenaran itu berasal dari orang lain yang menurutnya memiliki derajat lebih rendah darinya.
Orang-orang yang memilki sifat al-kibr bukan hanya merasa serba lebih dari orang lain.Mereka bahkan merasa lebih tinggi dari Allah SWT yang menciptakannya.Na’udzubillahi min dzalik.Allah SWT berfirman,
“Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya)dengan Kami,’Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa)kita (tidak)melihat Tuhan kita?’Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan)kezaliman.Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan merela berkata,’Hijran mahjuuraa’”(QS Al-Furqon:21-22).
Kalau pada ayat sebelumnya (QS Al-Baqarah:118),mereka ingin mendengar Allah SWT berbicara langsung kepadanya,maka pada ayat ini,mereka ingin melihta sosok dan rupa Allah secara langsung.Akal mereka belum mampu mencerna,bahwa dalam kehidupan mereka sehari-hari pun tidak semua yang nereka yakini keberadaannya dapat dilihat oleh mereka.
Dalam ayat ini,Allah SWT,menjelaskan bahwa alam bukan hanya alam dunia tempat manusia hidup yang serba kasat mata.Alam dunia (alam syahadah/nyata),bukanlah alam ghaib.Dan manusia adalah makhluk nyata,bukan makhluk ghaib.Jika menurut hokum alam nyata,jin dan malaikat tidak bisa dilihat-kecuali mereka menampakkan diri-maka bagaimana mungkin manusia dapat melihat Allah?Jadi,keinginan mereka untuk melihat Allah SWT bukanlah untuk mengokohkan keyakinan,akan tetapi berasal dari kesombongan mereka.Keinginan itu bukan berasal dari fitrah,sebagaimana permohonan Nabi Musa As untuk melihat Allah ,akan tetapi berasal dari penyimpangan berpikir.
Ketiga,penyimpangan Al-Qur’an menceritakan tentang Fir’aun,
“Dan berkatalah Fir’aun,Hai Haman,buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,(yaitu)pintu-pintu langit,supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.’Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu,dan dia dihalangi dari jalan (yang benar);dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian”(QS Al-Mu’min:36-37).
Langkah yang ditempuh oleh Fir’aun untuk mengenal Allah Swt adalah langkah yang salah dan menyimpang,Bahkan terkesan suatu pelecehan terhadap kebesaran dan keagungan Allah.Oleh karena itu,Allah Swt menegaskan bahwa “Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk,dan dia dihalangi dari jalan (yang benar).”
Keempat,kezaliman.Zalim artinya menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya,karena melampaui batas.Atau melakukan sesuatu tidak berdasarkan kebenaran.Zalim lawan dari adil.Dalam kezaliman porsi keburukan lebih banyak ketimbang kebaikan.
Orang-orang Yahudi pada masa Nabi Musa as mensyaratkan melihat Allah untuk sampai kepada keimanan.Sekali lagi,permintaan ini bukan berasal dari kejernihan hati,akan tetapi dari kezaliman dirinya sendiri,sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt.,
“Ahli Kitab meminta kepadamu agar akamu menurunkan kepada mereka sebuah kitabn dari langit.Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu.Mereka berkata,Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata.’Maka mereka disambar petir karena kezalimannya,dan mereka menyembah anak sapi,sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata,lalu Kami ma’afkan (mereka) dari yang demikian.Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata”(QS An-Nisa’:153).
Kalau kita ingin dekat dengan Allah Swt,rawatlah keimanan yang tertanam di dassar qalbu,agar keimanan itu makin kokoh dan mampu menjadi petunjuk jalan,sebagaimana di nyatakan Allah Swt,dalam firman-Nya.”…Dan barang siapa beriman kepada Allah,niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya…”Semoga kita termasuk orang yang mengenal Allah Swt dengan sebaik-baiknya.Wallahu a’lam bishshawab.