Saturday, August 26, 2006

Bismillahhirrahmaanirrahim
Ruh Manusia Tergantung Sembahannya

Sejak Zaman Imam Ghazali orang-orang ingin sekali shalat dengan khusyuk,dan sejak zaman itu pula mereka diberitahu bahwa agar shalat mereka khusyuk,hendaknya mereka memperbanyak dzikir.sebab,Ala bidzikrillahi tathma’innal qulub dengan berdzikir kepada Allah setiap hati akan tenang(QS.13:28).Kalau seseorang ingin shalat secara khusyuk,maka sebelum shalat hendaknya dia membaca berbagai dzikir terlebih dahulu.Orang-orang ternyata masih juga mengeluh ,dzikir sudah dibaca tetapi shalat tetap tidak khusyuk,artinya meski dzikir sudah banyak dibaca ,setan tetap saja masih masuk dan menggoda orang shalat.Kalau begitu apakah dzikirnya yang salah ?
Menurut Imam Ghazali dzikir saja tidak cukup untuk mengusir setan,Ia memberi contoh dengan perumpamaan berikut,Kalau kita berdiri dipinggir jalan lalu ada anjing yang hendak mengganggu kita,dan kita membentaknya maka anjing itu lari ,tetapi kalau disekitar kita banyak makanan anjing misalnya tulang atau daging maka anjing itu tidak akan pergi meskipun dibentak ,kalaupun dia pergi paling hanya sebentar kemudian mengintai lagi menunggu kita lengah.
Jadi dzikir itu seperti sebuah gertakan terhadap setan,ia baru akan efektif kalau hati kita sudah bersih dari makanan syetan ,maka dzikir sebanyak apapun tidak akan sanggup mengusir syetan.Malah syetan akan ikut berdzikir didalam hati kita.Oleh sebab itu ,kalau kita ingin agar dzikir kita mempunyai kekuatan ,maka kita harus membersihkan hati kita dari makanan-makanan syetan.Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an ,hati kita ini mempunyai dua jenis pintu:jenis pintu yang pertama adalah,pintu yang kedalamnya masuk cahaya Tuhan , (Nur Rabbani)dan jenis yang kedua adalah pintu yang kedalamnya setan masuk.Pintu cahaya Tuhan itu hanya satu,sedangkan pintu setan sangat banyak.Karena itu Al-Qur’an menyebut jalan Tuhan dengan shirath,kata Shirath dalam Al-Qur’an tidak memiliki bentuk jamak.
Misalnya terdapat dalam ayat Waanna hadza shirat mustaqiman fattabi’uhu wala tattabi’u al subula fatafarraqu bikum an sabilih(QS.6:153),”Sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah aku,dan janganlah kalian mengikuti banyak jalan karena kalian akan bercerai-berai dari jalan Nya”.Al-Qur’an menyebutkan bahwa Shirat itu satu.Ketika menyebutkan jalan Tuhan,Ia tidak menyebutkan subul(jalan-jalan)tapi sabilih (jalan-Nya),Abdullah bin Mas’ud berkata Rasul SAW pernah membuat satu garis pada suatu hari,Lalu beliau berkata,”Inilah jalan Allah”kemudian beliau membuat garis-garis disebelah kanan dan kiri garis yang panjang itu,lau beliau bersabda “inilah adalah jalan-jalan dan pada setiap jalan terdapat setan yang menyeru kita ke dalamnya”Setelah itu beliau membacakan ayat diatas.Jadi dalam hati kita hanya ada satu jalan untuk masuk cahaya Tuhan,tetapi jalan setan banyak,sebab itu tugas kita memang berat,kita harus membuka satu pintu dan menutup pintu yang banyak.
Sebelum Imam al-Ghazali menjelaskan hal itu,ia bercerita tentang seseorang yang bertanya kepada Hasan al-Basri tentang setan.”Hai Abu said,apakah setan tidur atau tidak ,Hasan al-Basri tersenyum dan berkata,”sekiranya setanj itu bisa tidur pasti kita bisa istirahat karena setan selalu mengintai kita dan kebetulan kita selalu menyediakan pintu yang banyak untuk masuknya setan itu”.Menurut Imam al-Ghazali didalam diri manusia terdapat empat istilah yakni:Ruh,qalb,nafs,aql masing-masing ini mempunyai dua makna,misalnya kata qalb bermakna hati dalam bentuk fisik dan hati dalam bentuk non fisik.Hati dalam bentuk fisik adalah bagian tubuh manusia yang sangat penting karena melaluinyalah darah dialirkan keseluruh tubuh.Darah ini pula yang membawa kehidupan.Sebab itu Nabi SAW pernah bersabda “Sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat segumpal daging(mudhghah),jika gumpalan daging itu bagus maka baguslah seluruh anggota tubuh ,dan jika gumpalan dagung itu bagus maka baguslah seluruh anggota tubuh,dan jika gumpalan daging itu rusak maka rusaklah seluruh anggota tubuh.”
Ketahuilah gumpalan daging itu adalah jantung (Qalb).Berdasarkan hadist ini sebenarnya tidak tepat bila Qalb diartikan dengan hati,tetapi jantung.Lalu muncullah hati yang bisa sedih,suka menangis,suka tersinggung.Berikutnya dijelaskan bahwa hati seperti inilah yang menentukan seluruh kepribadian kita.Kalau hati kita bersih maka bersihlah seluruh akhlaq kita.Nah ini bukan hati dalam pengertian fisik tapi hati dalam pengertian rohani,sebab itu kata Imam al-Ghazali ada makna hati yang kedua yakni lahiifah Rabbaniyyah Ruhaniyah,sesuatu yang lembut yang berasal dari Tuhan,yang bersifat ruhaniyah,Latifah itulah yang membuat kita mengetahui atau merasakan sesuatu.
Kata Al-Qur’an ,hal itu mengetahui,merasakan juga memahami,jadi hati adalah satu bagian ruhani yang kerjanya memahami sesuatu,itulah Qalb.Menurut para sufi hati juga merupakan bagian dari diri kita yang dapat meningkatkan ilmu-ilmu yang gaib.Ada riwayat yang menyebutkan bahwa kita mempunyai dua pasang mata,yaitu mata lahir dikepala dan mata batin dihati.Jadi hati adalah lathifah yang mempunyai mata untuk bisa melihat atau menembus hal-hal gaib dengannya juga kita dapat melihat Tuhan.
Kata Imam Al-Ghazali,hati bisa membawa kita kepada ilmu Mukasyafah yakni ilmu untuk menyingkapkan hal-hal gaib.Berkenaan dengan hal ini,hati itu erat kaitannya dengan ruh,dan ruh katanya mempunyai dua arti,ada ruh yang berkaitan dengan tubuh yang ada ada hubungannya dengan jantung ini,yang beredar bersama peredaran darah,sehingga kalau darah sudah tidak beredar lagi,maka ruh itupun tidak ada.Itu ruh dalam bentuk jasmaniyah terikat dengan jasad.Dan ada juga ruh dalam arti yang kedua,yang ajaibnya defenisinya sama dengan hati,yaitu,Lathifah Rabbaniyyah Ruhaniyah,Walhasil,secara abstrak atau maknawi ruh sama dengan hati,ruhlah yang merasakan penderitaan atau kebahagiaan.Orang Barat mungkin menyebutnya mind kita menyebutnya jiwa.
Selanjutnya adalah persoalan hati,menurut Imam Al-Ghazali,yang menjadi perhatian kita bukanlah hati fisik,biaqrlah itu menjadi urusan dokter saja.Yang menjadi urusan kita adalah Lathifah Rabbaniyyah Ruhaniyah.Lathifah adalah sesuatu yang sangat lembut.Tuhan juga disebut dengan al-Lathif.Zat Yang Maha Lembut.Lathifah bisa juga berarti Luthf ,yang artinya anugrah.Jadi al-Lathif berarti zat yang memberi anugrah.(Bersambung).