ILMU TANPA IMAN MENYESATKAN
“…Allah akan mengangkat(meninggikan)kualitas(derajat)orang-orangyang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”.(Al-Mujadillah ayat 11).
“Dan diantara manusia(ada)orang yang mempergunakan perkataan(ilmu)yang tidak berguna untuk menyesatkan(manusia)dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”(Lukman.6)
Islam adalah sebuah doktrin kebenaran yang menuntut setiap umatnya tidak mengabaikan pengetahuan.Sebab itu merupakan azas dalam prinsip keislaman.Bahkan ciri khas dari masyarakat Madani(civil society)adalah memiliki representasi ilmu.
Idealnya sebuah masyarakat itu adalah sebagaimana model masyarakat yang pertama kali di disaind(dibentuk)oleh Rasulullah 14 abad yang silam di kota Madinah Berjalannya sebuah system kemakmuran,keadilan,dan kebersamaan cita-cita,karena itu ditentukan pada letak dasar kualitas SDM yang ada.Dimana pribadi-pribadi sahabat yang melaksanakan amanat dalam system social,ekonomi,politik,budaya serta kemiliteran itu dasar keimanan dan keilmuan.
Kadar keimanan yang sangat tinggi menentukan pada keilmuan yang dimiliki seseorang.Karena iman ibarat pengetahuan yang bersandar pada kesadaran internal yang muncul pada ma’rifat keyakinan dan kepercayaan yang bersandar dari cahaya ilahi.Sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh hasil dari proses akal semata dengan sarana(instrumen)panca indera.Oleh sebab itulah iman dan ilmu adalah dua alat yang amat vital dn simultan.Hal ini diperkuat pada firman Allah Swt surah Al-Imran ayat 190-191 yang artinya:”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu)orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami,tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,Maha Suci Engkau,maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
Rapuhnya Tatanan masyarakat
Keimanan (agama)dan ilmu merupakan salah satu ciri model masyarakat madani(civil society)dalam terwujudnya tatanan masyarakat yang egaliter (berkeadilan)dan menegakkan hokum secara otoritas pada syar’iah.Maka wajarlah janji Allha yang mengatakan:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat)Kami itu,maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(QS.Al-A’raf:96)
Namun dalam perjalanannya,sejarah peradaban umat,makin hari dalam dasa warsa ini mengalami destruksi(kehancuran atau kerapuhan)pada aspek ilmu pengetahuan yang tidak bertumpu pada keimanan namun pengetahuan yang didasarkan pada logika semata.Pada akhirnya masyarakat modern merasa kehilangan semangat keimanan dan lebih sadis lagi,masyarakat kita sudah mersa logic of technik(teknologi pengetahuan)lebih unggul dari otoritas ilahiyah(keTuhanan).Rapuhnya masyarakat ini ditandai adanya kehancuran moral,bencana demi bencana,kedzaliman dimana-mana,korupsi merajalela,kolusi membudaya dan itu semua yang melakukannya ternyata orang-orang yang pandai dan berilmu pengetahuan.Di sisi lain mereka lemah pada aspek dzikir intuisi(pengetahuan qalbu).Pendidikan formal saat ini kurikulumnya lebih memuat pada orientasi hasil yang bersifat materialisme semata dan membuang aspek keimanan,itu dianggap lebih memajukan masyarakat (up to date)dibandingkan masyarakat yang memiliki idealisme kepada syari’at.
HIKMAH ILMU YANG DILANDASI IMAN
Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali(Imam Al-Ghazali)seorang ahli komsep pendidikan mengatakan bahwa:”Ilmu pengetahuan yang berkualitas pada fungsinya adalah ilmu yang memilki kekuatan akal imani (atau pengetahuan yang memiliki dasar cahaya iman)”Diantaranya fungsi ilmu itu adalah:
1.Menghantarkan Setiap Manusia Semakin tunduk dan takut kepada Allah.
“…Sesungguhnya yang takut kerpada Allah di antara hamba-hamba-Nya,hanyalah para ulama,sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS.Al-Faathir:28)
Dalam hal ini jelaslah konsep Al-Ghazali sangat relevan dengan hancurnya peradaban ummat karena masyarakat modern,berciri khas paa aspek akal semata tanpa pertautan wahyu(agama).Maka kita melihat wajah masyarakat Indonesia masih seperti ini,dimana kasus pelanggaran hukum justru yang melanggar adalah aparat hukum,kasus korupsi yang melanggar adalah pejabat negara dan lain-lain.Kerapuhan masyarakat merupakan kesalahan pada konsep pendidikan yang belum mampu menghantarkan manusia pada posisi yang benar,yaitu posisi kesinambungan antara beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada masyarakat (Hablum minallah dan hablum minannas).
2.Menghantarkan Manusia Mampu Melihat (kesadaran internal)atas aib-aib Pribadi.
“Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi,lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,tetapi yang buta,ialah hatinya yang ada di dalam dada”.(QS.Al-Hajj:46)
Fenomena-fenomena sekarang ini,dimana manusia merasa bangga apa yang dimiliki dan didapati karena ilmu pengetahuannya.Namun dia tidak sadar akan kelemahan dan kekurangan yang ada pada dirinya.Sekarang bukan zamannya lagi untuk membentuk masyarakat yang taqlid buta,hanya ikut-ikutan tanpa sumber yang jelas.Namun potret yang tergambar tetap saja seperti tidak pernah mendewasakan masyarakat.Banyak yang mau membela seorang kyiai meskipun dia cacat akhlaknya,yang penting ilmu dan kekramatannya.Oleh karena itu ulama kita mengatakan “ilmu itu letaknya didada bukan diakal”.Banyak orang sekarang dengan ilmunya tetapi tidak bisa melihat kedalam jiwa apakah dia masih kotor ataukah sudah bersih,sehingga kepribadiannya bisa berkualitas (kualitas insan).
3.Menghantarkan Manusia Dapat Mengenal (ma’rifat)Kedudukannya sebagai Hamba Allah
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan masnusia itu melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”(QS.Adz-Dzariat56)
Terasingnya masyarakat dewasa ini karena ilmu pengetahuan yang menghantarkan manusia kealam materi dan nilai-nilai keagamaan hilang dalam panggung kehidupan.Kesuksesan seseorang ditentukan pada keberhasilan memperoleh harta sebanyak-banyaknya,kedudukan dan pangkat yang tinggi serta membentuk opini kehidupan modern yang memprioritaskan pada pembangunan fisik dan kualitas manusia sebagai posisi hamba lenyap dari paradikma kehidupan.
WASPADAI ILMU TANPA IMAN
Distorsi (penyimpangan)manusia disebabkan karena melaksanakan pengetahuan bukan berdasarkan cahaya iman itulah penyebab malapetaka dan bencana diatas muka bumi.Persoalan-persoalan ekonomi,sosial,budaya (peradaban),politik maupun hukum dan keamanan tidaklah bertitik tolak pada koridor syari’at Allah.Untuk menemukan jati diri manusia sebagai kualitas makhluk yang paling mulia didasarkan pada dimensi keilmuan dan dimensi keimanan (spirirtual)artinya nilai-nilai keTuhanan lebih didahulukan dari akal (rasio)manusia yang sering mengaburkan pandangan yang benar dan tepat.